Apa Perlu Asuransi ?

Paling tidak kami menemukan 3 (tiga) alasan mendasar alasan mengapa orang tidak/belum mau membeli asuransi.

1. Mereka belum melihat asuransi merupakan kebutuhan hidupnya, karena ia belum mempunyai uang yang cukup untuk itu. Apa yang menjadi pusat perhatiannya saat ini adalah mencukupi kebutuhan dasarnya. Keadaan ini sesuai dengan sudut pandang tingkat kebutuhan versi Abraham Maslow, yang menempatkan security needs (termasuk di dalamnya asuransi) berada pada tingkatan kedua, setelah kebutuhan dasar. Alasan ini mudah dimengerti, karena bagaimana orang akan membeli asuransi jika untuk makan-minum dan kebutuhan sehari-hari saja masih belum dapat tercukupi.

2. Keadaan ekstrim lain yaitu orang yang sudah banyak sekali memiliki uang/aset sehingga tidak memerlukan lagi membeli asuransi untuk menutupi risiko yang mungkin timbul.

3. Orang yang tidak begitu memahami apa manfaat yang mungkin diperoleh jika ia membeli asuransi. Termasuk dalam kelompok ketiga ini orang-orang yang mengatakan membeli asuransi itu berarti meramalkan kematiannya atau mereka yang mengatakan, ”Hidup dan mati itu ditangan Tuhan. Jika terjadi kematian pada seseorang, sementara orang tersebut adalah pencari nafkah utama di dalam keluarganya, maka akan hilanglah sebagian besar pendapatan, atau mungkin bahkan seluruh pendapatan yang diterima oleh keluarga. Yang kemudian terjadi dalam waktu dekat akan terbayang sebuah keluarga yang tidak mendapatkan atau berkurang pemasukan bulanannya secara significant. Akibat yang segera dirasakan adalah tingkat kesejahteraan hidup dan standar gaya hidup mulai terganggu, apalagi jika kemudian datang berbagai tagihan utang almarhum, tagihan kartu kredit, tagihan biaya pengobatan yang belum dibayar, biaya pemakaman, dan sebagainya. Jangankan mereka yang sama sekali tidak memiliki asuransi jiwa, keluarga yang sudah membeli asuransi jiwa pun masih mungkin terganggu secara finansial jika tiang penopang utama keluarganya meninggal dunia.

Cara Menghitung Pertanggungan

Baiklah kita mengambil satu contoh kasus, Budi sudah membeli asuransi jiwa dengan jumlah santunan kematian Rp 100 juta. Namun setelah ia wafat, ternyata ia masih memiliki utang yang harus segera dilunasi sebesar Rp 150 juta. Sehingga ia bukan meninggalkan kesejahteraan (melalui asuransi yang dimilikinya) kepada keluarga yang ditinggalkan, melainkan beban penderitaan.


Dari contoh keadaan ini, mereka yang sudah memiliki asuransi pun masih perlu memikirkan sejauh mana jumlah santunan kematian yang mungkin diterima keluarganya kelak akan mencukupi berbagai kebutuhan dan kewajiban secara menyeluruh. Sampai di sini kita mungkin bertanya, apa saja faktor-faktor yang perlu diperhitungkan ketika seseorang (Anda) merencanakan untuk membeli asuransi?
Berikut, empat hal yang dapat dipertimbangkan sebagai faktor yang perlu diperhitungkan dalam menentukan jumlah uang pertanggungan.
1. Berapa jumlah utang yang Anda miliki?

2. Berapa banyak aset/harta yang Anda tinggalkan untuk keluarga?.

3. Berapa lama aset tersebut dapat menghidupi mereka tanpa harus menurunkan standar gaya hidup mereka?

4. Berapa banyak dana yang diperlukan untuk membiayai kehidupan anak-anak Anda sampai mereka menjadi dewasa dan mandiri, termasuk biaya pendidikan mereka?

Berikut saya berikan gambaran dan contoh sederhana cara menghitungnya :

Pertama, proyeksikan kebutuhan dana/aset untuk menutupi kebutuhan kekurangan (defisit) yang terjadi seperti contoh perhitungan di atas. Sedikitnya ada dua cara untuk menghitung kebutuhan ini. Pertama, dengan menetapkan berapa lama dana tersebut dapat menghidupi keluarga dengan tetap mempertahankan standar hidupnya. Nilai ini bisa bervariasi jumlahnya, tetapi paling tidak kami sarankan minimum 2 tahun.
Hal ini dengan pemahaman bahwa dalam dua tahun tersebut mereka dapat menyesuaikan diri atas perubahan-perubahan yang terjadi akibat ‘kepergian’ tiang keluarga. Sebagai contoh, jika Anda ingin mereka tetap mempertahankan gaya hidup yang sama paling tidak dalam 5 tahun ke depan, maka Anda kalikan kekurangan tersebut dengan 5 (Rp 12.000.000 x 5 = Rp 60.000.000);

Cara kedua, dengan menetapkan suatu jumlah dana di mana jika jumlah tersebut diinvestasikan dapat memberikan pendapatan sebesar kekurangan di atas tersebut. Contohnya, jika instrumen investasi yang dipilih (sebaiknya Deposito) menghasilkan pendapatan bersih rata-rata 10 persen/tahun, maka Anda membutuhkan dana sebesar Rp. 120.000.000, untuk mendapatkan kekurangan Rp. 12.000.000/tahun (Rp. 120.000.000 x 10 persen = Rp. 12.000.000, tanpa memperhitungkan soal pajak).

Jadi, ada dua nilai yang dapat Anda pertimbangkan untuk memenuhi kekurangan akibat hilangnya pendapatan Anda yaitu Rp. 60.000.000 atau Rp. 120.000.000.

Kedua, perhitungkan utang-utang Anda saat ini, baik yang bersifat jangka pendek maupun jangka menengah-panjang. Perlu diingat bahwa proyeksi kebutuhan dana/aset yang telah dihitung di atas hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari saja. Jadi, utang harus diperhitungkan secara tersendiri agar dapat diselesaikan dengan baik pada waktunya.

Ketiga, perhitungkan biaya membesarkan anak, terutama biaya pendidikannya. Kalkulasi ini memerlukan perhitungan tersendiri, karena menyangkut berbagai hal (jumlah anak, usia anak, dan sebagainya). Namun, paling tidak Anda diingatkan bahwa hal ini juga perlu diperhitungkan untuk dimasukkan ke dalam nilai pertanggungan asuransi jiwa Anda. Untuk sementara kita asumsikan saja jumlahnya sebesar Rp. 200.000.000.

Dengan contoh dan asumsi di atas, maka kebutuhan nilai proteksi anda adalah:Bagi siapa saja yang penghasilan bulanan keluarganya (suami-istri) kurang dari Rp 30 juta/tahun (Rp 2,5 juta/bulan), jumlah tersebut menimbulkan pertanyaan mendasar: berapa besar premi yang harus dibayar untuk memperoleh Uang Pertanggungan sebanyak itu dan apakah akan mampu diupayakan? Besarnya jumlah nilai proteksi atau uang pertanggungan yang harus dipersiapkan tidak perlu sampai membuat Anda stress (tertekan dan cemas berlebihan), se-panjang Anda ingat bahwa pada dasarnya asuransi adalah sebuah perencanaan. Artinya, Anda dapat merencanakan untuk membeli asuransi jiwa dengan jumlah premi tertentu secara bertahap. Urutan prioritasnya kami usulkan sebagai berikut: pertama, belilah asuransi jiwa dengan jumlah uang pertanggungan (dan premi) yang bisa menutupi seluruh utang-utang Anda, agar sekurang-kurangnya Anda tidak mewariskan utang kepada generasi berikutnya.

Kedua, bila utang-utang sudah diamankan, maka belilah asuransi jiwa berikutnya untuk mengamankan kebutuhan hidup keluarga sehari-hari untuk rentang waktu tertentu, terhitung sejak Anda meninggal dunia; dan ketiga, pada tahap berikutnya, yakni jika Anda telah berhasil mengumpulkan sejumlah uang tambahan, belilah asuransi jiwa dengan nilai pertanggungan yang bisa memenuhi biaya-biaya membesarkan anak-anak Anda, termasuk biaya pendidikannya. Bila memang dengan pendapatan Anda sekarang masih sulit bagi Anda untuk menyisihkan dana terlalu besar untuk asuransi maka saran kami adalah beli asuransi dasar yang hanya menawarkan proteksi (level term insurance).

Jenis asuransi ini adalah yang paling murah preminya dengan uang pertanggungan yang tinggi. Dengan berjalannya waktu dan semakin meningkatnya pendapatan keluarga maka Anda dapat membuat perubahan dalam jenis asuransi yang Anda pilih. Jadi membeli asuransi jangan hanya dilihat dari produknya saja tetapi lakukan perencanaan tentunya dengan melihat kesanggupan serta anggaran bulanan yang dapat Anda alokasikan. (Pierre)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar